5 Kalimat Yang Tidak Boleh Diucapkan Ke Anak

Pasang Iklan Disini

Wikimedan – 5 Kalimat Yang Tidak Boleh Diucapkan Ke Anak. Membesarkan anak-anak yang cakap dan cerdas secara emosional sebagai bibit unggul kesuksesan di masa depan memang tidak mudah. Tetapi hal ini tetap bisa dilakukan oleh para orang tua.

Dr. Caroline Leaf, seorang ahli saraf klinis, menyebut hal ini dapat dilakukan jika orang tua mempraktikkan komunikasi yang mendukung. Salah satunya dengan tidak mengucapkan kalimat yang akan membuat anak-anak tak percaya diri.

“Sebagai seorang ahli saraf, ibu, dan penulis, saya telah menemukan bahwa cara kita menanggapi perasaan anak-anak kita berdampak besar pada cara mereka memproses dan memahami kehidupan,” katanya, seperti dikutip CNBC International, Sabtu (12/8/2023).

Berikut lima frasa umum yang tidak pernah Leaf ucapkan kepada anak-anaknya:

1. “Kamu sangat jahat.”

Ketika seorang anak kehilangan kesadaran diri, hal itu dapat mengakibatkan emosi kemarahan, kecemasan, mengasihani diri sendiri, atau keputusasaan. Tapi, kata Leaf, mereka tidak jahat atau nakal, mereka hanya mengalami krisis identitas.

“Jika dibiarkan, krisis identitas dapat menimbulkan rasa malu yang dapat dengan mudah menyusup ke dalam semua aspek kehidupan anak, yang berpotensi menimbulkan masalah kesehatan mental,” kata Leaf.

Ketika anak-anak berjuang, orang tua tidak boleh mengambil nada menuduh. “Saya mencoba menggambarkan apa yang saya lihat saat ini: emosi, perilaku, dan reaksi fisik mereka sebagai respons terhadap apa yang mereka alami,” jelasnya.

Yang seharusnya orang tua katakan: “Saya melihat Anda merasa frustrasi dan melakukan hal-hal yang biasanya tidak Anda lakukan. Bisakah saya membantu Anda mencari tahu apa yang sedang terjadi?”

2. “Kamu bereaksi berlebihan!”

Meski orang tua tidak setuju dengan apa yang anak Anda katakan, mengabaikan perasaan mereka itu akan merusak masa depannya. Jika orang tua perlu waktu untuk memproses apa yang mereka katakan, Leaf menyarankan untuk mengambil beberapa saat untuk menarik napas dalam-dalam untuk mengendalikan perasaan.

“Saya mempertahankan kontak mata dan memperhatikan bahasa tubuh saya, karena anak-anak seringkali lebih baik daripada orang dewasa dalam membaca isyarat nonverbal dan cenderung menutup diri jika mereka merasa tidak aman untuk berbicara,” katanya.

Yang seharusnya orang tua katakan: “Saya perlu waktu untuk menenangkan diri. Mari kita istirahat sebentar dan coba berbicara lagi nanti.”

3. “Itu tidak terlalu buruk. Kamu pasti bisa mengatasinya.”

Orang tua seringkali meminta anak untuk melupakan pengalaman emosi yang dirasakan mereka. Hal ini akan membuat anak merasa tidak enak karena memiliki emosi manusia yang sebetylnya normal. Mereka mungkin berpikir ada yang salah dengan mereka karena memiliki perasaan tersebut.

“Sebagai orang tua, kita bukanlah ahli dalam pengalaman orang lain, termasuk anak-anak kita. Jika anak saya mencoba mengomunikasikan perasaannya tentang sesuatu, saya merespons dengan rasa ingin tahu dan perhatian,” kata Leaf.

Padahal saat-saat seperti ini bisa menjadi pelajaran hebat bagi orang tua, dan kesempatan untuk menunjukkan empati kepada anak.

Yang seharusnya orang tua katakan: “Saya mendengarkan kamu. Kedengarannya sulit! Apa yang saya bisa bantu?”

4. “Berhentilah menangis!”

Menangis adalah mekanisme neurobiologis yang membantu anak-anak mengatasi energi terpendam yang menumpuk di pikiran, otak, dan tubuh. Ini adalah alat yang sangat penting untuk mencegah penekanan emosi dan membantunya menjaga kesehatan mentalnya.

“Saya sarankan menawarkan pengalih perhatian, seperti berjalan-jalan. Melakukan aktivitas yang tidak terkait dapat membuat anak lebih mudah terbuka tentang apa yang mereka alami. Memberikan kenyamanan dapat membantu Anda menyelesaikan masalah alih-alih membiarkannya menumpuk seiring waktu,” jelasnya.

Yang seharusnya orang tua katakan: “Apakah kamu ingin saya memeluk dan menghiburmu?” atau “Apakah kamu ingin berjalan-jalan?”

5. “Karena aku bilang begitu.”

Orang tua yang baik adalah menetapkan batasan sambil memberi tahu alasannya kepada anak-anak. “Jika Anda menolak memberikan penjelasan, hal itu menghambat rasa ingin tahu alami dan daya nalar anak, dan membuat mereka merasa bingung,” kata Leaf.

“Jika Anda mencari orang dewasa dalam hidup mereka untuk membantu mereka memahami dunia. Jadi alih-alih memberi perintah, gunakan momen ini sebagai kesempatan mengajar untuk lebih mempersiapkan anak Anda menghadapi tantangan di masa depan,” pungkasnya.

Yang seharusnya orang tua katakan: “Saya tidak ingin Anda memanjat pohon itu karena berbahaya. Anda bisa jatuh dan melukai diri sendiri.”

Share :

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *