Dampak Kebijakan Fed Menghantui Amerika, Wall Street Loyo

Pasang Iklan Disini

WikimedanDampak Kebijakan Fed Menghantui Amerika, Wall Street Loyo. Bursa utama Amerika Serikat (AS) Wall Street bergerak tak searah. Pada awal perdagangan hari ini, Kamis (15/6/2023), Indeks Dow Jones menguat tipis 0,09% ke 34.011,15.
Sebaliknya, indeks Nasdaq melemah 0,35% ke posisi 13.578,56 dan indeks S&P 500 juga turun 0,07% ke posisi 4.371,53.

Pergerakan bursa Wall Sreet yang tak seragam ini sama seperti penutupan kemarin. Pada perdagangan Rabu (14/6/2023), indeks Dow Jones anjlok 0,68% sebaliknya indeks Nasdaq menguat 0,39% dan indeks S&P 500 naik 0,08%.

Pelaku pasar Wall Street masih menghitung dampak kebijakan bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed) yang memutuskan untuk menahan suku bunga acuan di level 5,0-5,25%.
Namun, The Fed mengisyaratkan masih akan menaikkan suku bunga acuan sebanyak dua kali pada tahun ini. Keputusan The Fed ini dikhawatirkan bisa membawa ekonomi AS ke jurang resesi sekaligus menghambat pertumbuhan global.
Bila suku bunga masih akan naik maka ongkos pinjaman akan semakin melonjak sehingga perusahaan membatasi ekspansi.

“The Fed mengejutkan pelaku pasar dengan tidak menaikkan suku bunga tetapi mereka mengindikasikan akan tetap hawkish bahkan lebih hawkish dari dugaan,” tutur Chris Zaccarelli, chief investment officer dari Independent Advisor Alliance, dikutip dari CNBC International.

Stance kebijakan hawkish inilah yang membuat banyak pelaku pasar memilih menjual saham mereka.
Ditahannya suku bunga acuan The Fed sebenarnya sudah sesuai ekspektasi pasar. Namun, harapan pasar untuk melihat peluang pemangkasan suku bunga dalam waktu dekat harus dikubur dalam-dalam.

The Fed juga mengisyaratkan untuk menaikkan suku bunga acuan dua kali lagi ke depan. Hal ini berdasarkan median proyeksi The Fed yang memperkirakan suku bunga ada di kisaran 5,5-5,75% pada 2023 dari 5-5,25% sebelumnya.
Powell juga menegaskan jika keputusan suku bunga ke depan sangat “hidup” dan akan ditentukan oleh perkembangan data ekonomi.
AS malam ini mengeluarkan data ekonomi terbaru yakni penjualan ritel dan klaim pengangguran.

AS baru saja merilis data penjualan ritel Mei 2023. Penjualan ritel naik (month to month/mtm) 0,3% pada Mei, lebih rendah dibandingkan 0,4% (mtm) pada April.
Namun, pertumbuhan penjualan ritel lebih tinggi dibandingkan ekspektasi pasar yakni koreksi 0,1%.
Pertumbuhan penjualn ritel ditopang oleh penjualan peralatan taman serta spare parts kendaraan. Penjualan makanan dan minuman juga naik pada bulan lalu.

Masih tingginya penjualan ritel bisa menjadi sinyal jika inflasi AS tidak akan melandai secepat keinginan The Fed yakni di kisaran 2%. Kondisi ini bisa membuat The Fed melanjutkan kebijakan hawkishnya.

Sebaliknya, data tenaga kerja AS justru memburuk. Klaim pengangguran tercatat 262.000 pada pekan yang berakhir pada 10 Juni, lebih tinggi dibandingkan ekspektasi pasar yang tercatat 249.000. Jumlah klaim pekan tersebut juga menjadi yang tertinggi sejak Oktober 2021.

Kenaikan klaim pengangguran yang meningkat bisa menjadi signal jika ekonomi AS melambat sehingga ada harapan inflasi turun tajam. Inflasi akan menjadi pertimbangan The Fed dalam menentukan kebijakan suku bunga mereka.

Sementara itu, bank sentral Eropa kembali menaikkan suku bunga sebesar 25 bps menjadi 4,0%. Kenaikan ini merupakan upaya bank sentral untuk menekan inflasi Uni Eropa yang masih menembus 6,1% (yoy) pada Mei.

Share :

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *