Wall Street Tumbang Karena Panasnya Inflasi Amerika

Pasang Iklan Disini

Wikimedan.com – Wall Street Tumbang Karena Panasnya Inflasi Amerika. Bursa saham Amerika Serikat (AS) langsung tumbang di sesi awal perdagangan Kamis (13/10/2022). Pelemahan hari ini memperpanjang tren negatif bursa Wall Street yang sudah berada di zona merah dalam sepekan terakhir.

Pada awal perdagangan, indeks Dow Jones anjlok 504,11 poin atau 1,73% ke posisi 28.706,74. Indeks S&P 500 ambruk 77,19 poin atau 2,16% ke 3.499,84. Nasdaq juga ambles 293,44 poin atau 2,82% ke 10.123,66.

Ambruknya Wall Street pada awal perdagangan hari ini semakin memperdalam kinerja buruk mereka pekan ini.

Pada perdagangan Rabu (12/10/2022), Indeks Dow Jones juga turun 0,1% sementara indeks S&P 500 melemah 0,33% dan Nasdaq melandai 0,09%.

Kembali terpuruknya bursa AS dipicu oleh data inflasi AS yang baru keluar Kamis malam ini. Biro Statistik Tenaga Kerja AS melaporkan inflasi AS mencapai ke 8,2% (year on year/yoy) pada September.

Laju inflasi memang lebih rendah dibandingkan pada Agustus yang tercatat 8,3% (yoy) bahkan menjadi yang terendah dalam tujuh bulan terakhir.
Namun, inflasi masih di atas ekspektasi pasar yakni 8,1% (yoy).

Secara bulanan (month to month/mtm), inflasi tercatat 0,4% pada September atau meningkat dibandingkan pada Agustus yang tercatat 0,1%. Inflasi bulanan juga dua kali lipat lebih tinggi dibandingkan ekspektasi pasar yakni 0,2%.

Inflasi inti menyentuh 6,6 % (yoy) pada September, level tertingginya sejak 1982 atau 40 tahun terakhir.

Inflasi akan menjadi pertimbangkan bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed) dalam menentukan kebijakan moneter pada 1-2 November mendatang.  Dengan masih tingginya inflasi pada September maka The Fed diproyeksi akan melanjutkan kebijakan hawkishnya.

Chris Zaccarelli, chief investment officer Independent Advisor Alliance, mengatakan dengan inflasi yang masih tinggi maka ada kemungkinan besar jika The Fed akan menaikkan suku bunga acuan 75 bps dua kali lagi.

“The Fed kemungkinan besar tidak hanya menaikkan suku bunga sebesar 75 bps pada bulan depan saja tetapi juga 75 bps lagi pada Desember. Sangat berat untuk membangkitkan pasar di tengah tingginya inflasi serta kebijakan hawkish The Fed,” tutur Zaccarelli, dikutip dari CNBC International.

Direktur moneter dan pasar modal Dana Moneter Internasional (IMF) Tobias Adrian mengatakan ada kemungkinan jika pasar saham AS kembali anjlok hingga 20% ke depan. Padahal, saham S& 500 sudah jatuh 25% sepanjang tahun ini

Kenaikan suku bunga acuan The Fed dan ekspektasi pendapatan perusahaan AS akan menurunkan valuasi perusahaan.

“Risiko pasar keuangan kini meningkat tajam bahkan lebih tinggi dibandingkan krisis 2008 dan 2020. Saat ini memang kondisinya sedang sangat, sangat tertekan,” tutur Adrian, kepada CNBC International.

Sumber : https://www.cnbcindonesia.com/market/20221013204355-17-379613/wall-street-tumbang-karena-panasnya-inflasi-amerika

Share :

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *