Eropa Krisis Mata Uang! Awas Pasar Finansial RI Babak Belur

Pasang Iklan Disini

Wikimedan.com – Eropa Krisis Mata Uang! Awas Pasar Finansial RI Babak Belur. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat tipis 0,14% ke 7.178,58 sepanjang pekan lalu. Meski tipis, tetapi kinerja IHSG bisa dikatakan cukup bagus melihat bursa saham lainnya yang merosot.

Sementara itu rupiah melemah 0,57% ke Rp 15.035/US$, yang menjadi penutupan terlemah dalam lebih dari 2 tahun terakhir.

Pasar obligasi pun tertekan. Yield Surat Berharga Negara (SBN) tenor 10 tahun mengalami naik 6 basis poin menjadi 7,274%.

Pekan depan, pasar finansial Indonesia berisiko babak belur. Sebabnya, pasar mulai cemas akan krisis mata uang yang terjadi di Eropa.

Jumat (23/9/2022) pekan lalu, bursa saham Eropa dan Amerika Serikat mengalami aksi jual masif. Pasar sudah khawatir akan terjadinya resesi setelah bank sentral AS (The Fed) menegaskan tetapi agresif menaikkan suku bunga guna membawa inflasi kembali ke 2%.

The Fed Kamis lalu menaikkan suku bunga sebesar 75 basis poin menjadi 3% – 3,25%. Suku bunga The Fed kini berada di level tertinggi sejak awal 2008.

“FOMC (Federal Open Market Committee) sangat bertekad untuk menurunkan inflasi menjadi 2%, dan kami akan terus melakukannya sampai pekerjaan selesai,” kata ketua The Fed, Jerome Powell, sebagaimana dilansir CNBC International.

The Fed kini melihat suku bunga akan mencapai 4,6% (kisaran 4,5% – 4,75%) di tahun depan. Artinya, masih akan ada kenaikan 150 basis poin dari level saat ini.
Bahkan, beberapa pejabat The Fed melihat suku bunga berada di kisaran 4,75 – 5% di 2023, sebelum mulai turun di 2024.

Isu resesi dunia di tahun 2023 pun semakin menguat. Apalagi bank sentral Inggris (Bank of England/BoE) mengatakan perekonomian Inggris sudah mengalami resesi.
Menambah buruk sentimen pelaku pasar, nilai tukar poundsterling Inggris ambrol hingga 3,5% melawan dolar AS ke US$ 1.0856/GBP pada perdagangan Jumat pekan lalu. Level tersebut merupakan yang terlemah dalam 37 tahun terakhir.

Rekor terlemah poundsterling tercatat di US$ 1,0520 yang tercatat pada 26 Februari 1985. Artinya, poundsterling kini berjarak 3% saja dari rekor terlemah.

Analis dari Citi mengatakan, risiko poundsterling ke bawah level paritas kini meningkat signifikan.

Kurs euro sudah lebih dulu berada di bawah level paritas. Mata uang 19 negara ini berada di level terlemah dalam 20 tahun terakhir.

Jebloknya mata uang tersebut bisa berdampak buruk, inflasi bisa bertahan di level tinggi dalam waktu yang lama, sehingga memberikan masalah dalam jangka panjang.

Share :

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *