Takut Mau Ada Resesi, Harga Minyak Turun

Pasang Iklan Disini

Wikimedan.com – Takut Mau Ada Resesi, Harga Minyak Turun. Harga minyak dunia turun pada perdagangan pagi. Dua sentimen yang tarik-menarik membuat gerak harga si emas hitam jadi tak menentu.

Pada Rabu (22/6/2022) pukul 07:14 WIB, harga minyak jenis brent ditutup di US$ 114,31/barel. Turun 0,3% dari penutupan perdagangan hari sebelumnya.

Sementara yang jenis light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) harganya US$ 109/barel. Anjlok 1,49%.

 

Harga minyak bergerak fluktuatif akhir-akhir ini. Buktinya, harga light sweet dalam sebulan terakhir hanya bisa menguat tipis 0,23%.

Dua faktor yang berlawanan membuat harga minyak tak tentu arah. Pertama adalah pasokan yang menipis akibat perang Rusia-Ukraina.

Serangan Rusia ke Ukraina membuat negara yang dipimpin oleh Presiden Vladimir Putin itu dijatuhi berbagai sanksi. AS dan sejumlah sekutunya sepakat untuk mengembargo minyak dari Negeri Beruang Merah, untuk menekan pendapatan Rusia.

Padahal Rusia adalah salah satu negara produsen dan eksportir minyak terbesar dunia. Tanpa pasokan dari Rusia, pasar minyak akan sangat terpukul. Pasokan berkurang sehingga harga akan tetap cenderung naik.

“Pasokan masih ketat, ini mendukung harga minyak tetap tinggi. Harga di kisaran US$ 120/barel adalah sesuatu yang normal,” sebut Stephen Brennock, Analis PVM, seperti diberitakan Reuters.

Namun di lain pihak, tingginya harga minyak mentah membuat harga produk turunannya ikut terkerek. Salah satunya adalah bahan bakar minyak (BBM).

Pada Mei 2022, rata-rata harga BBM reguler di AS adalah US$ 4,6/galon. Ini adalah rekor tertinggi sepanjang sejarah.

Saat ini permintaan masih kuat, karena tingginya mobilitas masyarakat setelah pelonggaran pembatasan sosial (social distancing) seiring melandainya pandemi Covid-19. Namun cepat atau lambat, permintaan yang kuat itu akan melemah kalau harga BBM terus-terusan tinggi.

Ketika itu terjadi, maka harga minyak akan turun. Kali ini, penurunan harga minyak bukanlah kabar yang baik karena menjadi pertanda kelesuan permintaan. Resesi bukan sesuatu yang mustahil.

“Koreksi harga akan menjad reaks kekhawatiran terhadap resesi. Hal ini menjadi pemberat bagi harga komoditas, termasuk minyak,” tegas Carsten Fritsch, Analis Commerzbank, sebagaimana diwartakan Reuters.

Share :

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *