Beberapa Jurus Erick Hidupkan Industri Kopi NKRI

Pasang Iklan Disini

Wikimedan.com – Beberapa Jurus Erick Hidupkan Industri Kopi NKRI. Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir mau memajukan industri kopi. Salah satunya dengan cara meluncurkan project management office (PMO) Kopi Nusantara di Lampung.

Ini adalah upaya BUMN untuk memperkuat ekosistem industri kopi tanah air, termasuk menyejahterakan petani.

PMO Kopi Nusantara ini terdiri dari unsur perusahaan BUMN, swasta nasional, asosiasi, dan lembaga riset. Termasuk para petani penghasil kopi.

Erick menjelaskan 96% industri kopi diisi dengan petani, berbeda dengan industri sawit yang 60% merupakan perusahaan swasta. Namun sampai saat ini masih banyak petani yang kehilangan lahan, hingga sulit membiayai anak sekolah.

“Masa dua tahun saya turun, lahan petani hilang terus, nyekolahin anak susah, mau ke mana bangsa kita?,” katanya, dalam acara PMO Launching Kopi Nusantara dan Pelepasan Ekspor Kopi PT PPI” di Lampung, Minggu (30/1/2022).

Dia menjelaskan konteks program (Memajukan Usaha Rakyat) Makmur dari Kementerian BUMN ini untuk menyejahterakan petani, swasta, dan semua pihak. Mulai dari dukungan permodalan, asuransi, bibit, suplai pupuk, hingga off taker atau pembeli hasil produksi.Oleh karena itu, lanjut dia, butuh pendampingan dari BUMN, mulai dari kepastian suplai pupuk, pemberian bibit baik hingga kepastian penjualan hasil produksi.

Sampai saat ini program makmur sudah mencapai 71.612 hektare dengan 50 ribu petani padi, jagung, tebu dan hortikultura yang mampu meningkatkan pendapatan petani hingga 45%.

A worker harvests arabica coffee cherries at a plantation near Pangalengan, West Java, Indonesia May 9, 2018. Picture taken May 9, 2018. REUTERS/Darren WhitesideFoto: REUTERS/Darren Whiteside
A worker harvests arabica coffee cherries at a plantation near Pangalengan, West Java, Indonesia May 9, 2018. Picture taken May 9, 2018. REUTERS/Darren Whiteside

Sampai saat ini masih banyak kendala panen dari petani. Dalam acara itu petani Kopi Ulubelu Lampung Sapto Susilo menjelaskan, panen kurang baik karena varietas bibit yang berbeda, alat pertanian kurang bagus hingga datangnya pupuk subsidi yang telat.

Selain itu, lanjut dia, petani juga merasakan kesulitan imbas pandemi Covid-19 lantaran pengolahan tanah butuh modal besar. Kesulitan lain adalah kekurangan alat jemuran kopi yang mumpuni.

“Paling kewalahan saat panen. Saya sedih jemuran kopi kita 15 cm tebalnya karena panen banyak nggak punya penjemuran. Saya ke sini siapa tahu ada solusi jemuran canggih satu jam kering,” katanya.

Share :

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *