Film Rumah Merah Putih, Kisah Anak Perbatasan yang Angkat Nasionalisme

Pasang Iklan Disini

Wikimedan –  Setelah ‘puasa’ selama 5 tahun, Ari Sihasale dan Nia Zulkarnaen akhirnya kembali ke panggung perfilman Indonesia lewat ‘Rumah Merah Putih’. Masih mengedepankan sisi nasionalisme Indonesia, ‘Rumah Merah Putih’ siap menyentuh hati masyarakat lewat akting 7 anak-anak dari NTT.“Setelah 5 tahun akhirnya kami bisa hadir lagi untuk membuat film bagi semua umur. Film keluarga Indonesia yang menggugah rasa cinta pada Indonesia, rasa cinta tanah air jangan sampai hilang,” ujar Ari Sihasale yang bertindak sebagai sutradara ‘Rumah Merah Putih’ dalam konferensi pers beberapa waktu lalu.‘Rumah Merah Putih’ sendiri memang menyoroti kehidupan anak-anak di perbatasan Nusa Tenggara Timur (NTT), tepatnya di Kabupaten Belu dan Atambua.

Dengan menitikberatkan nasionalisem, Ari berusaha menunjukkan bagaimana rasa cinta Indonesia lewat persahabatan 7 anak-anak NTT.Mereka tetap mencintai tanah airnya dalam keadaan apapun. “Bapak ibu boleh beda tapi kami tetap Indonesia dalam bingkai merah putih,” sambungnya.Lantas, bagaimana dengan pemilihan peran ketujuh anak NTT yang terlibat?Dalam penuturannya, ‘Rumah Merah Putih’ memang melibatkan anak-anak asal NTT. Banyak anak dari NTT yang mengikuti proses casting.  Namun tujuh anak tersebut adalah yang paling mewakili karakter masing-masing tokoh dalam cerita.

Bahkan ketika menunjukan akting menangis terlihat begitu tulus dari dalam hati.Bahkan, ungkap Ari, persahabatan mereka sangat erat. Saling bergandengan tangan dan membantu. Sehingga tangisan mereka begitu natural.“Tidak disuruh, tetapi memang hati mereka tulus. saya mencari karakter yang natural. Selama 3 bulan casting mereka yang terbaik, dan 1 bulan kami syuting, kami yang mengajarkan ke NTT. Saya ingin ada kesan natural yang didapat,” tegas Ari Sihasale.

Pevita Pearce bersama anak-anak NTT yang bermain dalam film Rumah Merah Putih. (Rieska Virdhani/Wikimedan)Sang istri yang juga Produser, Nia Zulkarnaen menegaskan, ‘Rumah Merah Putih’ adalah film ke-9 dari Alenia Pictures. Cerita ini adalah film awal dari Trilogi anak-anak di perbatasan NTT, Papua, dan Kalimantan.“Kami mengawali dari NTT, nanti akan ke Papua dan Kalimantan. Bahwa 7 anak-anak ini punya bakat yang terpendam, mutiara dari Timur. Semoga jadi penyejuk kita semua. Jadi inspirasi anak-anak di gerbang pertama Indonesia.

Kecintaan pada Indonesia tanpa batas, tanpa pamrih. Pemersatu di tengah keberagaman,” ungkap Nia.‘Rumah Merah Putih’ sendiri memvisualisasikan kisah persahabatan antara Oscar (Amori De Purivicacao) dan Farel (Petrick Rumlaklak). Dua putra daerah dari NTT ini bersama lima sahabat lainnya merasa bangga sebagai anak Indonesia. Hal itu selalu mereka gelorakan setiap kali menyebut nama masing-masing. Seperti ‘Saya Petrick, ayah Malang, ibu Atambua, saya Indonesia,’.Hingga pada suatu ketika, mereka ingin mempersembahkan perayaan menyambut Hari Kemerdekaan 17 Agustus dengan menggelar lomba. Hingga terdapat insiden yang membuat Oscar jatuh sakit.

Konflik yang muncul sejak insiden tersebut pun menjadi bumbu haru bagi penonton sepanjang film diputar.Sepanjang film, tujuh anak-anak dari NTT tersebut berakting dengan sangat menyentuh padahal ini kali pertama mereka mengerti syuting dan melewati proses produksi film. Film yang akan tayang pada 20 Juni 2019 ini juga menghadirkan Pevita Pearce, Yama Carlos, Shafira Umm, Abdurrahman Arif, dan Dicky Tatipikalawan.Dalam kesempatan yang sama, Pevita Pearce yang berperan sebagai Tante Maria atau Mama Maria bagi Oscar, mengungkapkan, ia harus tinggal bersama anak-anak NTT selama satu bulan selama syuting.

Langkah ini dilakukan agar chemistry para pemain bisa terbangun dengan baik.“Semoga suka dengan film Rumah Merah Putih. Saya syuting 1 bulan di Atambua untuk membangun chemistry. Suatu pengalaman mewakili pengalaman inspirasional syuting di perbatasan,” kata Pevita.Tak hanya itu, di dalam perannya, semua artis termasuk Pevita Pearce berbahasa khas Belu dan Atambua, NTT. Baik aksen maupun bahasanya, begitu fasih dituturkan Pevita. Sehingga, Pevita juga mengikuti training bahasa selama satu bulan.“Pengalaman itu semoga bisa tervisualisasikan, bisa persatukan bangsa,” ujar Pevita.

Share :

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *